Hai para pembaca yang budiman, jemariku kali ini begitu tertarik
dengan satu tema di atas, yang aku beri sedikit lughoh inggris, hehehe. Pada
pagi hari ini, sebenarnya banyak tugas kuliah yang harus aku selesaikan di
semester VII, namun aku memilih menghadap monitor dengan segala imajinasi dan
khayalanku menjadi seorang penulis ternama, seorang penulis dengan omset yang
menggiurkan, seorang penulis juga motifator. Ya… itulah angan-anganku sejak aku
duduk di bangku Mts saat umurku masih belasan tahun, namun untuk saat ini,
umurku sudah berkepala dua, menuntutku banyak hal dalam kehidupan, mulai dari
lulus tepat waktu, dapat menghasilkan financial sendiri seusai kuliah,
membangun bisnis besar sesuai dengan
disiplin ilmu dalam bangku perkuliahan, dan banyak lagi angan hingga impian
dalam benakku, sehingga membuatku menyisihkan juga mengesampingkan segenap
cita-cita ku untuk menjadi seorang penulis, namun aku masih tetap dapat
brekarya lewat beberap tulisan yang aku unggah pada blog ku. Walau hanya dalam
tema kisah pribadi hehehe.
Ok. Tak usah panjang lebar prolog yang diberikan, kali ini
aku ingin sedikit membahas apa itu positive thinking, dalam lingkup pandangan
pribadiku, dengan segenap perjalanan kehidupanku, aku dan segenap ceritaku. Ya…kata
di atas merupakan jimat sacral dalam kehidupanku, walau terkadang, diriku masih
sering melakukan apa itu negative thinking, namun aku selalu menemukan
keajaiban yang menakjubkan pada setiap kata positive thinking, kalau dalam
bahasa kitab yang selama ini aku pelajari, khususnya kitab-kitab klasik di
pondok pesantren, positive thinking mungkin sering kita sebut dalam Hadits Qudsi HR.
Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ،
قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ،
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي
نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ))
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Focus pada kalimat yang bergaris bawah, ana ‘inda dzonni ‘abdi
bi Dimana maksud dari kalimat ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hamba dan Tuhannya,
itu tergantung dari prasangka hamba itu sendiri. Bayangkan, betapa agung
kalimat ini, betapa besar dan panjang ulasan untuk satu kalimat ini yang aku
tak mampu mengulasnya pada tulisanku kali ini, yang didunia milenial kita kenal
dengan positive thinking. Tantangannya adalah, kepercayaan. Kalau ala anak
pesantren sering kita sebut dengan keyakinan, namun bagiku itu tak pernah ada
bedanya. Semuanya menggambarkan bahwa Allah ada bersama kita saat kita
berprasangka baik pada-Nya, Allah mengabulkan segala permintaan kita tatkala
kita menyakini sifat-sifatnya, Allah maha mendengar, Allah maha mengetahui,
Allah maha melihat. Ya… keyakinan itulah yang aku tancapkan dalam setiap
hajatku, dalam setiap keinginanku, namun sayangnya, keinginan yang selama ini
aku utarakan dan aku yakini masih dalam lingkup keinginan kecil, bahkan sangat
kecil, sehingga jarang bahkan tak pernah nuraniku mengatakan kebenaran tentang
hadist di atas. Namun lambat perjalanan, aku mulai memahami semuanya, hingga
pada kesempatan kali ini, ada hajat besar yang aku diskusikan pada-Nya, yang harus
aku utarakan pada-Nya. Tekad dan perjuanganku dalam setiap hajatku demi
orang-orang sekitar yang begitu aku cintai, mulai dari Ibu Ayahku, Mas Mil dan
segenap keluargaku. Hajat untuk kebahagian mereka. Kita tak akan pernah bisa merubahnya dengan
berpangku tangan. Positive thinking dihasilkan tatkala ikhtiyar sudah
dilaksanakan, itu mutlak aturannya, tak mungkin kenyang seseorang yang hanya
duduk tanpa usaha mengambil nasinya di dapur.
Aku ingin mengatakan bahwa, kita harus sama-sama membuktikan hadist
di atas dalam laboratorium kehidupan kita, bahwa semuanya akan baik-baik saja,
semua akan sesuai rencana bahwa keinginan kita akan dikabulkan, namun keinginan
yang harus sesuai dengan tingkatan kita, karena Allah memberikan apa yang kita
butuhkan, nah… dari sini, tuntunlah keinginan kita menjadi kebutuhan kita,
aturlah sedemikian rupa kehidupanmu, karena hanya diri kita masing-masing yang
mengerti segala hal tentang kehidupan kita. Selagi ada usaha dan kesungguhan,
semuanya akan berjalan dengan lancar. Walau terkadang, kita dihadapkan pada
kesulitan-kesulitan di awal. Percayalah, bahwa kesulitan itu salah satu syarat
bagaimana kita menanggapi seluruh perkara ketika kita sudah duduk dan menempati
hajat dan cita-cita kita. Jika tidak kita akan terjatuh sejatuh jatuhnya
tatkala proses yang dijalani dalam menuai keberhasilan serba instan. Karena kita
akan sombong dan angkuh dalam titik dimana kita pada kursi cita-cita kita, beda
dengan mereka yang meraih keberhasilan dengan perjuangan, mulai dari nol. Mereka
akan lebih menghargai orang-orang yang ada di bawah, orang-orang yang masih
dalam tahap perjuangan, karena mereka sadar dan mereka pernah pada tempat itu.
Nah…. Kembali lagi pada tema positive thinking, satu kata ini
benar-benar ajaib, semua seakan menjadi mudah tatkala hidup kita selalu
positive thinking, aku sendiri masih dalam tahap belajar dalam hal ini, karena negative
thinking masih bersarang tebal dalam ortakku hehehe. Namun kita harus percaya
bahwa Allah bersama hamba-Nya yang benar-benar percaya dengan segala
kekuasaannya. Next Time, aku akan memposting hasil dari positive thinking yang
aku sebut di atas, aku akan bercerita pada kalian bahwa positive thinking
benar-benar kata ajaib dalam kehidupan seorang manusia di dunia, tunggu tulisan
lanjutan tema ini, insyaallah. Semua akan berjalan sesuai rencana-Nya. Jadikan
hajatmu adalah kebutuhannmu.
0 comments:
Post a Comment