] Lihun Badry

                                                                 TENTANG CINTA



Aku beranikan kembali, jemariku menulis dilayar putih, aku tekadkan lagi, fantasi mengelilingi imajinasi, setelah sekian lama jemariku kehilangan feel dalam sajak dan kata. Saya mulai tentang sebuah rasa yang hampir patah, tentang sebuah asa yang hampir sirna. Saya hari ini ada dalam titik dimana hanya ada do’a dan harapan tentang dia dan cinta, tentang semuanya, kini bukan menjadi pilihan atau langkah, melainkan ada dalam rangkaian kata dipertengah malam dan doa. Tulisan ini akan menjadi saksi, betapa keras perjuangan saya, berapa lama penantian saya, tentang doa dan cinta. Keputusan yang membuat saya dilema kala itu, tapi dengan lantang saya berani mengakhiri semua, dengan berani saya lepas semua yang terbangun, dengan kesadaran saya, merelakan semua yang ada. Bukan karena saya tak butuh cinta, apalagi tak butuh dia, saya adalah pecandu cinta dan mencintai dia, tapi saya memlih pergi, bertekad mengakhiri dengan satu alasan pasti, bahwa saya ingin mengalihkan semua dalam Do’a. entah benar atau salah, entah keliru atau ngawur, terlepas dari semua saya hanya percaya, bahwa cinta saya akan diatur oleh semesta dengan sangat bijaksana, cinta saya akan diatur oleh alam dengan sangat sakral.


Untuk dia yang terluka, untuk dia yang dulu pernah mencinta, saya tak berharap banyak tentang cinta padanya, sejatinya semua dimulai dari jalan yang salah, semua dimulai pada dinamika cinta yang dilema, saya sadar, saya pergi meninggalkan luka, saya pergi menghancurkan istana, tapi perlu ditahu, saya hanya ingin alam yang mengatur jalan cerita, bukan saya, bukan dia, apalagi harapan tentang kita, saya benar-benar takut kecewa. NAIF mungkin ? ya.. saya menerima tuduhan itu, saya maklum dengan semua yang dilontarkan saat itu, tapi satu hal yang saya perjuangkan, perasaan saya, keluarga saya dan cita-cita saya.


Saya tak bisa menyebut ini yang terbaik untuk kita, saya juga tak pernah bisa menjamin, kala kita bersama itu adalah cinta yang sesungguhnya, tak ada jaminan untuk semua, tak ada kepastian dalam setiap cinta, saya dalam fase dimana saya hanya punya doa, untuk membuktikan tentang siapa sebenarnya cinta saya, siapa sebenarnya pendamping saya. Saya akan bertahan dalam fase ini, hingga saya percaya bahwa alam telah mendengar doa saya.


Cinta saya tetap ada, kenangan indah tak pernah berniat saya musnakan, semua akan saya simpan, saya tak pernah mencoba melupakan, apalagi membinasakan. Perasaan saya adalah milik saya, cinta saya adalah hak priogatif saya, tak seorang pun berhak memusnahkannya. Kalaupun nantinya ada seseorang yang hadir dalam hidup saya, cukup katakan kita akan membangun masa depan bersama, bukan ikut campur pada masa lalu saya, tentang rasa dan cinta saya, semua masih sama, semua tak ada yang berubah, saya mengalihkan dengan kesadaran saya tentang cinta dan kepastian, kehormatan saya sebagai wanita harus tetap dipertahankan, cinta saya juga harus tetap disimpan.


Di atas cinta adalah ketulusan, bukan keegoisan saling membahagiakan namun nyatanya saling menyakitkan, ada cinta yang saya perjuangkan detik ini, kali ini saya tak pernah membuat scrib, saya pasrah dengan cerita. Saya letakkan semua harapan saya dan cinta saya dalam sajadah, muna? Terserah, tapi itu nyatanya. Tentang saya dan cinta saya, jika dalam nyata tak pernah bisa indah, setidaknya saya pernah membangun istana cinta saya dalam maya.


Ngalah, 04 Februari 2021




Kelam dan Gelap
Menancap jelas dalam memoriku
Terukir dan terpatri dengan lekat dalam fikiranku
Tentang bagaimana cinta itu hadir dan mengangguku 

Membuat semua semu 
Membuat yang nyata menjadi maya
Dan membalik segala yang maya menjadi nyata 
Penuh irama dan drama 

Pergi dan berlalu adalah rencana yang tak kunjung terjadi 
Melepas dan terlepas terkadang terlintas 
Namun semua seakan hanya bayangan tak berguna 
Seakan menjadi rencana omong kosong yang begitu nyaring 

Karenanya aku buta 
Karenanya aku semu 
Semua seakan menjadi ragu
Apapun langkahku seakan takut akan berlalunya Cinta yang agung 

Mencintainya membuatku terluka
Mencintainya membuatku bahagia 
Bahkan karena mencintainya aku terlena 
Seakan mataku pejam akan segala tawaran bahagia 

Mencoba melangkah namun kakiku terikat 
Mencoba lari namun semua tak nyata 
Ada lubang bahaya yang siap kutemui 
Ada kepastian yang aku sia-siakan 

Rembulan yang tak pernah lekat dengan siang 
Ia setia dengan gelapnya malam 
Persis cintaku yang tak kunjung ku beri arti 
Ia melekat dalam malam walau kelam 

Malamnya seakan menjadi tanda bahagia 
Kelamnya seakan menebar janji akan hadirnya cahaya
Semuanya tentang malam menjadi janji 
Semua tentangnya menjadi harapan yang tak pasti 

Indahnya rembulan yang membuatku terpesona 
Bertahan dengan segala kelamnya 
Cahaya lintang yang membuat hati punya arti 
Bahwa malam bahagia dengan caranya sendiri

Seperti rembulan yang mencintai malam 
Bak bintang yang setia dengan segala gegelapan 
Bagiku semua harus diperjuangkan 
Hingga kutemui batas, bahwa tak akan pernah ada siang

Pasuruan, 23 Oktober 2020




















Ku ucapkan selamat

Segala perjuangan telah tersemat

Dalam lembar lembar keramat 

Penuh makna dan pesan isyarat


Perjuangan yang begitu sakral

Terombang ambing dalam nestapanya alam

Pantang mundur dan menoleh menyerah 

Bendera merah putih harus tetap jaya


Negara dalam relung dan nurani

Kami berjuang dalam dinamika ilmu dan berkah

Indah pada waktunya adalah semboyan kita 

Tetap dalam langkah kebenaran dan tuntunan nyata 


Kiai dan santri menjadi simbolik suci 

Lewat caranya mereka menyelamatkan negeri

Lewat jalannya membangun NKRI

Terus berkobar api semangat yang membara tanpa henti 


Lantunan syi'ir sakral

Demi memohan pada sang Ilahi pemilik kehidupan

Perjuangannya bukan sekedar mainan 

Nyawanya rela menjadi taruhan 


SELAMAT HARI SANTRI 

LIHUN BADRY


Pasuruan, 22 Oktober 2020


Hidup kadang dengan sendirinya kau buat nestapa

Padahal Tuhan sudah memberi arah 

Bahwa tata niat dan maksud di dada 

Untuk menghadapi semua yang membuat tak rela 


Hidup kadang dengan sendirinya kau buat masam 

Seakan semua menjadi malam 

Padahal khobarnya jelas mendalam 

Bahwa kekasih-Nya adalah mereka yang bahagia 


Hidup terus saja kau kecam kejam 

Terus kau utarakan bahwa tak ada keadilan 

Padahal kau sendiri sadar 

Bahwa dunia hanya permainan 


Tak ubahnya permainan 

Kadang kalah dan menang 

Jika kau mengharap dunia seperti apa yang kau angan 

Kau dalam kesalahan besar kawan


Pasuruan, 16 Agustus 2020



Jendela kamar yang tak pernah bosan dibuka
Mengharap ada sinar di ujung timur sana
Mengawali angan dengan segenap kesungguhan 
Dalam malam penuh dengan pengharapan 

Kian berlari mengajar apa ingin hati
Tak kunjung berjumpa dengan maksud yang dicari
Pada penghujung hari 
Gelap mulai menghampiri

Langkah kaki terus bertanya 
Dititik mana harapan itu tersedia 
Tangan terus memanjat 
Dimanakah batas hajat 

Hingga hati mampu menjawab 
Bahwa harapan ada dalam lubuk terdalam 
Cahaya kesuksesan hadir dan menghadang 
Bahwa syukur adalah kesusksesan tak tertakar


Mengejar yang tak ada batas 
Sengsara dengan tak beralas 
Syukurlah jalan pintas 
Menuju bahagia walau harap tak tuntas 


Lamongan, 10 Juni 2020




Terpukul dan menjerit
Meratap dan menangis 
Ibarat 2 sisi uang yang terus bergulir 
Yang tak kunjung menemukan titik 

Terperangkap bak katak dalam tungku panas
Tak mampu bertahan dan meloncat 
Hanya ada pilihan 
Dia akan mati dalam kobaran api atau air mendidih 

Kegagalan bagi mereka yang berputus 
Lebih parah dari ibarat yang ku sebut 
Mereka terus meratap penuh marah 
Pada kenyataan bahwa dunia tak berpihak padanya

Ibarat anggur merah yang menggiurkan
Membuat nelangsa yang menanti masa panennya 
Dahaga penuh cemas datang begitu saja 
Penuh harap serta doa akan kelezatannya 

Kegagalan penuh cerita 
Bahwa kau memang pejuang dunia 
Kegagalan penuh dinamika
Bahwa kau pengejar sejati rahmat-Nya 

Jangan risau dengan kata gagal
Disana ada kenikmatan yang dijanjikan 
Bukan kesuksesan tanpa kegagalan 
Melainkan jalan pintas bagi mereka yang tersesat berkelanjutan 

Lamongan, 05 Juni 2020







Begitu kelam
Hinggap dengan sejuta sunyi malam
Merindu pada seseorang yang entah siapa
Hingga pada masanya aku merana 

Begitu mencekam 
Penuh tanya entah apa jawabnya 
Penuh rindu entah siapa pemiliknya 
Hingga alam tak ragu tertawa

Saat hujan terus mengguyur 
Aku terus merindu tanpa alur
Saat angin terus berhembus 
Aku terus merindu begitu tulus 

Dia yang katanya ditakdirkan untukku 
Dia yang katanya diciptakan untukku 
Dimana gerangan aku mampu bertemu 
Mengatakan bahwa rinduku terus menggebu

Naluri cinta yang terus menuntun 
Hasrat cinta yang terus berbentur
Pada kenyataan 
Bahwa aku masih sendirian 

Lamongan, 01 Juni 2020