TENTANG CINTA
Aku beranikan kembali, jemariku
menulis dilayar putih, aku tekadkan lagi, fantasi mengelilingi imajinasi, setelah sekian lama jemariku kehilangan feel dalam sajak dan kata. Saya mulai tentang
sebuah rasa yang hampir patah, tentang sebuah asa yang hampir sirna. Saya hari
ini ada dalam titik dimana hanya ada do’a dan harapan tentang dia dan cinta,
tentang semuanya, kini bukan menjadi pilihan atau langkah, melainkan ada dalam
rangkaian kata dipertengah malam dan doa. Tulisan ini akan menjadi saksi,
betapa keras perjuangan saya, berapa lama penantian saya, tentang doa dan
cinta. Keputusan yang membuat saya dilema kala itu, tapi dengan lantang saya
berani mengakhiri semua, dengan berani saya lepas semua yang terbangun, dengan kesadaran
saya, merelakan semua yang ada. Bukan karena saya tak butuh cinta, apalagi tak
butuh dia, saya adalah pecandu cinta dan mencintai dia, tapi saya memlih pergi,
bertekad mengakhiri dengan satu alasan pasti, bahwa saya ingin mengalihkan
semua dalam Do’a. entah benar atau salah, entah keliru atau ngawur, terlepas
dari semua saya hanya percaya, bahwa cinta saya akan diatur oleh semesta dengan
sangat bijaksana, cinta saya akan diatur oleh alam dengan sangat sakral.
Untuk dia yang terluka, untuk dia
yang dulu pernah mencinta, saya tak berharap banyak tentang cinta padanya,
sejatinya semua dimulai dari jalan yang salah, semua dimulai pada dinamika cinta
yang dilema, saya sadar, saya pergi meninggalkan luka, saya pergi menghancurkan
istana, tapi perlu ditahu, saya hanya ingin alam yang mengatur jalan cerita,
bukan saya, bukan dia, apalagi harapan tentang kita, saya benar-benar takut
kecewa. NAIF mungkin ? ya.. saya menerima tuduhan itu, saya maklum dengan semua
yang dilontarkan saat itu, tapi satu hal yang saya perjuangkan, perasaan saya,
keluarga saya dan cita-cita saya.
Saya tak bisa menyebut ini yang
terbaik untuk kita, saya juga tak pernah bisa menjamin, kala kita bersama itu
adalah cinta yang sesungguhnya, tak ada jaminan untuk semua, tak ada kepastian
dalam setiap cinta, saya dalam fase dimana saya hanya punya doa, untuk membuktikan
tentang siapa sebenarnya cinta saya, siapa sebenarnya pendamping saya. Saya akan
bertahan dalam fase ini, hingga saya percaya bahwa alam telah mendengar doa
saya.
Cinta saya tetap ada, kenangan indah
tak pernah berniat saya musnakan, semua akan saya simpan, saya tak pernah
mencoba melupakan, apalagi membinasakan. Perasaan saya adalah milik saya, cinta
saya adalah hak priogatif saya, tak seorang pun berhak memusnahkannya. Kalaupun
nantinya ada seseorang yang hadir dalam hidup saya, cukup katakan kita akan
membangun masa depan bersama, bukan ikut campur pada masa lalu saya, tentang
rasa dan cinta saya, semua masih sama, semua tak ada yang berubah, saya
mengalihkan dengan kesadaran saya tentang cinta dan kepastian, kehormatan saya
sebagai wanita harus tetap dipertahankan, cinta saya juga harus tetap disimpan.
Di atas cinta adalah ketulusan,
bukan keegoisan saling membahagiakan namun nyatanya saling menyakitkan, ada
cinta yang saya perjuangkan detik ini, kali ini saya tak pernah membuat scrib,
saya pasrah dengan cerita. Saya letakkan semua harapan saya dan cinta saya
dalam sajadah, muna? Terserah, tapi itu nyatanya. Tentang saya dan cinta saya,
jika dalam nyata tak pernah bisa indah, setidaknya saya pernah membangun istana
cinta saya dalam maya.
Ngalah, 04 Februari 2021
Siip
ReplyDelete